Asing

Seringkali langkah kita goyah di tengah perjalanan. Seseorang yang tadinya kita yakini mampu memberi warna lebih, kerap menjadi keruh dan hilang jernih.

Mungkin, kau menemukan yang lebih baik. Menemukan seseorang yang bersamanya kau merasa berarti. Dihargai serta dihormati. Tanpa bayangan masa lalu yang terlanjur kau buatnya jerih.

Atau mungkin, kau hanya sedang butuh sendiri. Mencerna inginmu yang terus mencari tanpa berhenti. Merakit mimpimu yang terus berlayar tanpa menepi. Menyulam harapmu yang kadang-kadang tak tau diri.

Tak apa.
Kau hanya perlu tau, bahwa terlalu lama membisu kadangkala jadi tak manusiawi. Sebab mungkin, bagi seseorang yang menjaga hatinya dengan baik, diammu benar-benar berisik. Sedang lakumu, semena-mena menghardik, kesediaan hati yang menunggumu sendiri.

Meski lakumu sering kali lebih tegas ketimbang kata-katamu, seseorang pernah memilih bertahan disini. Menelan air matanya sendiri. Merapal doa supaya kau menatapnya kembali. Agar kau sadar ada yang rela menempa diri demi menunggumu datang di kemudian hari.

Ya, kau tak pernah berkata pergi. Namun bukankah tak perlu jarak untuk benar-benar pergi? Dan bukankah tak perlu pergi untuk benar-benar menjadi asing? Saat kau tak peduli lagi, inilah senyata-nyatanya jarak yang kau ciptakan sebagai orang asing yang memilih pergi.

Sayang, andai kau tau betapa ia berharap dapat menemani pendakianmu di kehidupan yang terjal ini. Betapa ia berharap dapat turut melakukan hal-hal yang kau gemari hanya untuk berada di sisimu sedikit lebih lama lagi. Tapi satu senyummu, meski tersungging bersama seorang lain, mampu meruntuhkan egonya untuk memintamu ada disini. Bahkan sekedar hadir, terlalu takut ia mengusik.

Kau tak lagi sama, pikirnya. Kau asing. Lebih asing dari kau yang pertama kali ia jumpai.

Asing.

Tak lagi ia jumpai binar matamu saat tatap beradu di satu titik.

Asing

Tak lagi mampu ia resapi suaramu yang menentramkan hati.

Asing

Tak lagi ia temui dirimu, meski dihadapannya kamu. Dan kamu berlalu. Semua beku. Ia terpaku, dalam ke abu-abuanmu. Setidaknya, ia berpegang pada kata tunggu yang kau ucapkan kala itu. Tapi dilepaskan begitu, ia hanya mampu tergugu. Di matanya, kau tak sungguh-sungguh.




Di hatinya, kau tergenggam utuh.






`Disela hati yang gemuruh,

Aku.




2019




0 Komentar