Aku yang ingin berinvestasi di sektor halal dan si Ibu yang tengah mencari tambahan modal untuk usaha kateringnya pun dipertemukan. Ya, tanpa kami sadari, kami saling membutuhkan satu sama lain. Dan kami tidak akan pernah bertemu jika kami tak berada dalam satu frekuensi.
...............
Karena pekerjaan, aku sering kali bolak-balik ke bank untuk mengurus segala macam transaksi keuangan perusahan. Pembayaran Gaji, BPJS, Pajak, pembayaran supplier dan sebagainya. Aku sudah tidak asing lagi dengan segala hiruk pikuk administrasi perbankan yang ada. Sedikit banyaknya aku mengenal hampir seluruh staff bank cabang tempat perusahaanku menyimpan uangnya.
Tak jarang, berbagai macam tawaran masuk, seperti, "Ayo mbak, ikut program Tabungan Rencana Mandiri, bunganya sekian persen untuk jangka waktu bla bla bla atau bla bla bla". Termasuk juga tawaran deposito bank dan sebagainya.
Sebenarnya aku sudah merinding setiap kali mendengar kata 'bunga bank'. Aku yang, Alhamdulillah, Allah beri kesempatan untuk mempelajari ekonomi Islam di bangku perkuliahan, mengerti bagaimana hukum memakan bunga bank atau riba. Termasuk bias transaksi ribawi yang ada didalamnya.
Sejujurnya, sudah lama aku ingin membangun suatu usaha atau menginvestasikan tabunganku di sektor yang tepat, yang dihalalkan oleh syariat. Tapi apa? Aku menahan diriku atas semua tawaran dari bank konvensional itu. Tidak. Jangan. Aku tidak hanya hidup di dunia. Pikirkan nanti Intan. Allah titipkan rizki padamu sebab Allah percaya kamu mampu menjaganya dengan baik. Allah percaya kamu dapat mengelolanya dengan baik. Jangan. Jangan tergiur nikmat dunia yang sementara, Intan.
Pada kisah di halaman yang berbeda, sebut saja Bu Sus, penyedia katering di perusahaanku, tengah bingung memikirkan minimnya perputaran modal. Sempat goyang dihempas dampak terjangan virus korona, mulai dari berkurangnya jumlah orderan, sampai macetnya pembayaran dari beberapa perusahaan, membuat bu Sus kelimpungan mencari putaran modal terlebih setelah masuknya customer baru dengan jumlah orderan 300 box makanan setiap harinya.
Bu Sus yang 'dulu' tentu tidak akan bingung. Berbekal belasan BPKB juga sertifikat perusahaan katering yang dimilikinya, Bu Sus bisa dengan mudah mengajukan pinjaman modal ke bank. Lagi pula, sudah banyak tawaran pinjaman dari bank yang masuk ke perusahaanya. Tapi kini tidak. Bu Sus yang dulu berbeda dengan Bu Sus yang sekarang.
"Kasihan ke-tiga anak saya, sudah susah payah hafalan Al-Quran, saya nggak mau merusaknya dengan sesuatu yang saya berikan dari harta yang diharamkan (modal usaha dari pinjaman bank)," ujar Bu Sus dalam pertemuan kami di sebuah restoran bebek pekan lalu. "Saya tidak pernah hutang atau kerja sama usaha dengan siapapun selama ini.
Sudah dua tahun ini saya berusaha keras menahan diri supaya tidak lagi terikat dengan hutang bank. Alhamdulillah, saya bersyukur ibu mau membantu dan bekerjasama dengan saya. Saya memilih ibu untuk bekerja sama karena saya merasa menemukan seseorang yang sepemikiran dengan saya. Satu frekuensi dengan saya. Alhamdulillah.. Saya juga sudah bingung sekali mau cari kemana," lanjutnya.
Sudah dua tahun ini saya berusaha keras menahan diri supaya tidak lagi terikat dengan hutang bank. Alhamdulillah, saya bersyukur ibu mau membantu dan bekerjasama dengan saya. Saya memilih ibu untuk bekerja sama karena saya merasa menemukan seseorang yang sepemikiran dengan saya. Satu frekuensi dengan saya. Alhamdulillah.. Saya juga sudah bingung sekali mau cari kemana," lanjutnya.
Bu Sus menawari ku untuk berinvestasi dengan menaruhkan modal di usaha kateringnya. Kami melakukan akad Mudharabah dengan sistem bagi hasil atas nisbah yang diperoleh perusahaan. Meski sempat ragu, pada akhirnya aku mengiyakan. Bismillah.. Sejujurnya aku senang sekali. Ya Allah, inikah jawabanmu atas doa-doaku? Inikah jalan yang kau tunjukkan untuk menginvestasikan harta yang kau titipkan padaku dijalan yang kau ridhoi? Alhamdulillah...
Aku belajar, bahwa untuk berada dalam satu frekuensi yang sama, kita tak akan lepas dari apa yang menjadi tujuan kita sekarang. Setiap manusia mungkin memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Namun pada akhirnya, mereka yang mampu berjalan bersama adalah mereka yang berada dalam satu frekuensi yang sama. Yang memiliki tujuan yang sama. Sehingga, sedahsyat apapun medan magnet lain menerjang, kita akan selalu kembali ke jalan utama. Jalan yang mengantar kemana kita akan bermuara.Aku juga belajar, bahwa bersabar itu tak pernah ada ruginya. Jika kita mampu lulus melewatinya, Insyaa Allah, Allah akan berikan rizki dari jalan yang tak kita sangka-sangka. Jikalau pun tidak, sejatinya kita telah memang. Menang dari bisikan setan yang menjerumuskan. Menang dari nafsu atas kenikmatan yang sementara.. Menang sebab Allah akan selalu bersama orang-orang yang sabar.
Dear diriku,
Selamat berjuang.
Selamat berproses.
Jangan berhenti belajar, ya!
21 September 2020
0 Komentar
Hay! Salam Kenal :)
Pendapatmu tentang tulisanku...