Hola September! Apa kabar? Senang sekali bertemu denganmu kembali.
Baik, terimakasih, senang juga bertemu denganmu kembali. Bagaimana kabarmu?
Alhamdulillah baik, sangat baik. Apalagi setelah kahadiranmu. Bulan kesayanganku. Hehee..
Ulu uluu, tayangku.. Hihii.. Bagaimana rasa kehadiranku tahun ini? Manis? Pahit? Asam? Asin?
Hambar! Hehhe
Huhhh! Ya sudah, aku pergi!
Eh, jangan! nanti umurku nggak bertambah kalau kamu pergi. Masa nggak ada 28 september tahun ini?
Hahaha Iya iya. Inget, umur itu bertambahnya setiap detik, lho. Eh, inget nggak ada tragedi apa di september tahun kemarin?
Tragedi?
Iya, It wasn't just about your self ya.. sesuatu yang bisa dibilang cukup besar, menjadi perbincangan di negeri ini.
Pandemi?
Walah nduk, si copit baru bikin heboh Indonesia bulan maret kemarin. Aku tanya bulan september tahun kemarin, lho. Tahun kemarin. Dua ribu sembilan belas.
Em, yang mahasiswa turun ke jalan itu ya?
Hem, iya itu salah satunya. Kalau september tahun kemarinnya lagi?
Dua ribu delapan belas?
Hu'um.
Kalau tidak salah... Gempa Palu, bukan?
Iyup..
Sedih kalau inget itu. Mungkin bagi sebagian orang september jadi terkenang menyedihkan, ya.
Kamu pun pasti pernah merasakannya. So, apa yang bisa kamu pelajari dari itu semua?
Em.. Kita ngga pernah tau apa yang akan terjadi dimasa depan. Anything can happen.
You get the point! kita nggak pernah tau apa yang akan terjadi, hari ini, besok, lusa bahkan beberapa jam, atau beberapa detik lagi. Dan ini berlaku di manapun, kapanpun, pada siapapun. Masa depan itu menarik sekali, bukan?
Tapi kadang aku jadi takut. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang menyedihkan? Menakutkan?
Bukankah tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja? Bukankah begitu sewajarnya kita menjadi seorang manusia?
Kau benar. Kita hanya diminta untuk bersabar. Hanya dengan mengingat Allah hati ini mejadi tenang.
Benar, bagaimana kita tak tenang jika kita tau pengurus masalah hidup kita ini adalah Dia yang Maha Mengatur segala urusan?
Aahhh, terimakasih, telah mengingatkan. Ini yang paling ku rindu dari kehadiranmu. Bermuhasabah bersama bulan kelahiranku.
Hehee.. Oh iya, bagaimana dengan hatimu? Semua baik-baik saja, kan?
Kepo!
Jadi ngga mau lagi nih di kepoin?
Nggak!
Padahal kepo itu sebagian dari iman. Eh, perhatian.. Hahahaa
Hahaa, bisa banget!
Tapi aku senang lho melihatmu sekarang.
Hahaha.. emang kenapa?
Ya.. Semenjak kamu melepaskan.. kamu menjadi lebih tenang. Lebih bisa melihat segala sesuatu dari banyak sisi. Kamu juga terlihat lebih bahagia sekarang.
Hahahaa.. melepas apa dulu nih?
Iiih, kenapa ketawa terus sih? Malah jadi keliatan nggak bener-bener bahagia tau!
Iya, iya, maaf. Aku benar bahagia, kok. Alhamdulillah. Lucu aja kalau ada yang bilang begitu. Jadi maksud kamu melepas apa? Hihii..
Nggak tau!
Lhaa, jadi kamu yang ngambek. Hahaa. Melepas yang tidak mau digenggam?
SESEORANG yang tidak mau digenggam.
Oh, manusia?
Nggak tau!
Hahaa, iya iya, seseorang itu.
Hem.
Iya, Alhamdulillah, Allah kuatkan hati ini.
Kamu baik-baik saja, kan?
Ngga papa kan untuk merasa tidak baik-baik saja?
Iya. Kamu tidak baik-baik saja?
Em, begini. Dengan perasaanku yang sebesar itu, wajar jika dampak lukanya juga besar, kan? Toh, bukan sepenuhnya salah dia, bukan juga sepenuhnya salahku. Ini bukan tentang siapa yang benar atau siapa yang salah. Dia berhak memilih seseorang yang lebih baik dari pada aku. Yang bisa lebih membuatnya bahagia, juga nyaman.
Hem, kamu juga ya. Kamu berhak berbahagia. Kamu berharga.
Iya, terimakasih. Toh, kami tidak berikatan apa-apa. Dia tidak mau membuatku menunggu sebab dia tidak mau membuatku lebih sakit daripada ini, terlebih jika nanti semua tidak sesuai yang ia rencanakan. Jika ia jujur dan bersungguh-sungguh tentang semua perasaanya itu terhadapku, Maka, sungguh ia telah mengorbankan perasaanya demi aku.
Jika ia tidak bersungguh-sungguh? Jika ia memintamu berhenti menunggu sebab perempuan lain?
Maka tidaklah rugi aku. Aku kehilangan seseorang yang tidak bersungguh-sungguh memperjuangkan aku. Mungkin ini giliranku untuk berkorban melepasnya. Dan turut berbahagia, atas ... pilihannya.
Ahh, senangnya. Kamu sudah lebih tegas sekarang. Tidak lagi dibutakan oleh perasaanmu semata.
Aku banyak belajar. Logikaku telah berdamai dengan perasaan. Aku sangat bersyukur bisa mengenalnya. Mengecap asam manis perasaan itu, hingga berada di titik ini sekarang.
Aahhh, Aku hanya bisa mendoakan segala yang terbaik untukmu, sahabatku. Tetap semangat, ya!
Tentu! Terimakasih, ya. :)
Sama-sama. :)
Aku
September 2020
.............................
0 Komentar
Hay! Salam Kenal :)
Pendapatmu tentang tulisanku...