Kau pandangi layar kosong berhias cursor berkedip dihadapanmu. Jemari yang kehilangan kemampuannya itu hanya meraba kotak-kotak kecil berisi rentetan huruf yang teratur. Entah telah keberapa kali kau hembuskan nafas beratmu. Ada sesak yang kian merebak, kala hampa telah merasuki ruang sajakmu.
"Aku menyerah," teriak egomu.
Seketika, dinding itu runtuh bersama frasa yang luruh, menyibak tabir putih rasamu. Iya, dari sekian derai yang tumpah, dari sekian perih tak berdarah, rinaimu hanya satu, berbisik merintih kelu.
"Aku, merindukanmu."
April ke 12, 2020.
0 Komentar
Hay! Salam Kenal :)
Pendapatmu tentang tulisanku...