Terkadang..
Yang menyakitkan bukanlah mengetahui gelap yang kau sembunyikan dibelakangku. Namun menyadari bahwa aku tak cukup terang untuk menyelami kedalaman jiwamu. Tak cukup terang menaungi angkasa hari-harimu. Yang menyakitkan adalah mengetahui, bahwa hampamu kian telak mengisi ruang. Sedang aku kian terbenam, diam dibungkam ke-tidak-berdaya-an.
Terkadang..
Yang menyakitkan bukanlah mengetahui siapa yang kau banggakan bersamamu ia ada. Namun menyadari bahwa aku tak cukup hebat membersamai pendakianmu keatas awan. Bahkan aku, tak cukup kuat untuk sekedar berada dibawah guyuran hujan terlalu lama. Yang menyakitkan adalah lupa, bahwa aku manusia. Lupa untuk berbahagia dengan cara paling sederhana. Dengan syukur, dengan sepenuhnya menjadi diriku apa adanya.
Terkadang..
Yang menyakitkan bukanlah nasehatku yang tak kau dengar. Bukan tak suka ku yang tak kau hiraukan. Namun egomu yang tak jua mampu ku redamkan. Yang tak tumbang diakari pembenaran. Untuk buruk yang kau anggap menenangkan, dalam resap yang ada dalam setiap hisapan. Yang menyakitkan adalah menyadari, bahwa berangsur bagian tubuhmu rusak, sedang aku tak mampu melakukan apa-apa.
Terkadang..
Yang menyakitkan bukanlah hilangmu yang tiba-tiba. Bukan kelanamu yang tanpa kabar. Bukan mengasingmu yang tanpa kata. Namun sadarku yang tak terlalu luas menjadikanku rumah. Tempatmu pulang melepas lelah, meremah gundah, meramu tabah. Hingga kau lupa berkeluh-kesah. Menanggung beban yang bersedia ku pikul bersama.
Terkadang..
Menyakitkan adalah interpretasi dari ketidakmampuanku atas hal-hal yang seutuhnya ingin ku persembahkan kepadamu.
Maka berhentilah memandang dirimu buruk.
Kamu baik, bukan hanya dalam sudut pandangku.
Kamu baik, selama kau berupaya menjadi lebih baik untuk kebaikanmu.
Kamu baik, dan aku tau kamu mampu. Asal kau mau.
Tertanda,
Aku.
November 27, 2019.
-Surat yang tak sampai dalam halu.
0 Komentar
Hay! Salam Kenal :)
Pendapatmu tentang tulisanku...