Langit sore selalu indah ya.
Aku masih duduk di depan layar monitor kantorku ketika terpikir untuk menulis blog ini. Meski akhirnya aku menulis dimalam hari juga. Sore tadi semburat sinar mentari yang mulai tenggelam membias diatas mega-mega yang menggumpal tebal disebelah barat. Menciptakan gradasi warna yang indah, yang jauh, namun terasa dekat di pelupuk mata. Pemandangan itu cukup menghiburku yang masih berada dibalik jendela meja kantor sesore itu.
Tiga sore lagi aku pulang. Melepas rindu dengan rumah. Orang-orang yang ku sebut rumah. Segala tenang dan nyaman yang tak dapat ku temukan dilain tempat. Aku sangat menunggu sabtu ini. Begitu sulit mendapat izin cuti dari perusahan. Terlepas dari aturan perusahaan yang semakin ketat, statusku yang memegang administrasi keuangan sendirian membuatku kadang sedikit kewalahan. Atasanku merangkap jabatan sebagai manager accounting sekaligus HRD. Wajar saja, beliau sangat sibuk dan tak sempat mengurusi srempilan-srempilan keuangan.
Melihat tanggal merah dipertengahan minggu (Hari rabu libur natal), dan dengan kejamnya PT ku tidak mengadakan cuti bersama, aku pun nekat mengajukan cuti di hari senin dan selasa. Setelah satu bulan mengajukan cuti (Lama banget yaa :D) dan menghadapi negosiasi panjang dengan pihak manajemen, akhirnya cutiku di acc. Yaaaaaa... senang sekali. Tapi, tentu saja. dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Aku harus menyusun betul schedule pembayaran bulanan. Mengosongkan segala transaksi yang berhubungan dengan luar kantor agar atasanku tidak keberatan saat kutinggal. Akhirnya, berbekal izin Allah, tabungan cuti yang masih banyak, aku pun di Acc untuk mengambil cuti di akhir tahun yang selalu identik dengan seabrek laporan closing tahunan. Hahaha..
Langit sore selalu indah ya.
Tiba-tiba aku teringat pada aku di kepulangan yang lalu-lalu. Betapa aku berdebar-debar setiap membawa kabar bahwa aku akan pulang dan beberapa hari berada dirumah. Tentu, bukan keluargaku. Keluargaku pasti kukabari terlebih dahulu. Selalu tau jauh-jauh hari sebelum hari keberangkatanku.
Tapi memberitahunya.
Seseorang yang sangat ingin kutemui, untuk mendengarkannya bercerita, bertukar kabar, atau sekedar duduk berdampingan tanpa bicara apa-apa. Rasaya cukup. Apaapa yang kubutuhkan hanyalah berlama-lama ada disampingnya. Meski pada akhirnya, ku tepis segala angan sebab ku tau bukan itu jalan yang diridhai-Nya. Maka, sampai kapan harus ku tunggu kau halalkan segala rasa? Di akhir kisah, ku sudahi haluku saja, sebab semua.. terasa hanya inginku saja.
Dan aku pun mengeraskan hati. Dan akupun pergi. Tidak, bukan untuk melupakanmu. Untuk memberimu ruang yang sekiranya perlu.
Maka, untuk waktu yang akan datang, ingin ku persembahkan seutuhnya pada keluargaku saja. Untuk orang-orang yang menganggapku keluarga. untuk orang-orang yang menganggapku rumah. Silahkan datang. Kubukakan pintu untuk siapapun berniat baik untuk datang. Dengan santun, dengan mengabariku, agar tak ada debar tak beralasan, saat ku dengar suara motor berhenti di depan rumah. Bukan. Itu pasti bukan kamu bukan?
Sudahlah..
Langit sore selalu indah.
Dan aku,
tak mau merusaknya.
Sudah.
18 Desember 2019
0 Komentar
Hay! Salam Kenal :)
Pendapatmu tentang tulisanku...