Bulir air yang menggenang di pelupuk mata, yang dengan lancang mengalir di sepanjang lengkung pipi hingga ke dagu ia bermuara. Mungkin pertanda, bahwasannya rasa itu masih ada.
Aku bisa apa?
Maka biarlah,
Biarkan aku berduka cita, atas segenap cerita kita yang terkubur hidup dalam rangkaian aksaramu yang bercerita tentang dia. Yang terkubur hidup, bersama cita berlumur duka lara.
Kelak,
Jika padamu duka bertuan,
Pusaraku telah lapang menerima torehan tinta jinggamu bersamanya.
Berbahagialah~
December 18th, 2018.
0 Komentar
Hay! Salam Kenal :)
Pendapatmu tentang tulisanku...