Dear kamu,
Tak terasa ya, sudah lima tahun semenjak pertama kali kau sapa aku di sekolah kala itu.
Perkenalan sederhana yang menjadi cikal bakal kisah panjang yang ku tulis di diary, di blog, dimana saja, rupanya selalu tak lepas dari kamu. Ada rasa yang belum jua habis tertuang dalam rangkai huruf berhias jeda dan koma. Sekalipun titik seringkali ku tanamkan sebagai akhir, selalu ada kisah yang tak habis-habisnya terukir. Dari yang paling manis, sampai yang paling getir.
Lima tahun ini, aku kira aku akan mampu menjadi seorang yang paling mengenal kamu, yang paling mengerti kamu. Menjadi sosok yang paling memahami sisi gelap terangmu. Yang paling teguh didalam keabu-abuanmu. Nyatanya tidak. Aku merasa gagal, memahami. Merasa gagal, dipahami.
Tapi syukurlah, meski keambiguan rasaku berlangsung agak lama, detik ini aku mampu menulis dengan tersenyum mensyukuri segala keberadaan yang ada, meski ada yang tiada--tentu saja. Bagiku, mengenal adalah proses sepanjang waktu. Sebab manusia, adalah makhluk yang terus berproses dari waktu ke waktu. Maka pantas, jika seseorang kini tak lagi sama seperti yang kita kenal dulu.
Dia, mereka, berubah. Kau juga. Aku juga.
Maka tak apa. Ada pula (banyak malah) hati yang turut berubah. Wajar. Siapalah kita? Tak punya kuasa membolak-balikkan hati seseorang. Bahkan hati kita sendiri. Dan itu, sangatlah adil. Manusia hanya diminta berikhtiar meneguhkan hati, berdoa agar hati tak tertaut di jalan yang tidak Ia ridhai. Yang dengan itu, semoga kita terus berjalan di jalur yang menuntun kita pada apa-apa yang terbaik.
Dear kamu, terimakasih ya.
Aku telah menemukan jawaban dari segala kegelisahanku selama ini. Allah Maha Baik. Menujukkan letak salahku dengan patah hati termanis. Mendewasakanku dengan pergelutan rasa yang begitu rumit. Mengulurkan pegangan saat aku terperosok jauh dalam lubang penuh duri. Mudah-mudahan, Allah kuatkan serta teguhkan hati ini.
Untuk saat ini, segala tentangmu, biar kusimpan dulu dalam sebuah kotak kecil di ruang hati. kemudian, ku letakkan dalam sudut hatiku yang paling sunyi, paling tersembunyi. Lantas, aku akan bergegas pergi, menuju sudut hati yang lain. Sudut mana saja, asal bukan sudut dimana kotak itu ku simpan dengan rapih. Tenang saja, aku akan selalu ingat di sudut mana kotak itu berada. Kelak, suatu hari, akan ku buka kotak itu dan kubiarkan isinya turut mendarah daging, menjadi bagian dari puzzel kehidupan yang dengan tentram ku susun penuh hati-hati. Tentu, dengan definisi dan pemahaman yang jauh lebih baik.
Sekarang, biar aku melihat dunia dengan lebih jernih. Hidup sebelum benar-benar hidup. Menjadi lebih peka untuk lebih merasa. Lebih merasa untuk melakukan sesuatu yang lebih berharga. Memastikan segala yang kulakukan memiliki arti. Menjadi versi terbaik diri, yang bermanfaat untuk orang lain.
Sampai jumpa nanti, Insyaa Allah.
Saat kita menjadi sepasang yang saling mencari, atau sebagai dua manusia yang telah merengkuh bahagianya masing-masing.
Tertanda,
Aku
October 2019.
0 Komentar
Hay! Salam Kenal :)
Pendapatmu tentang tulisanku...