![]() |
Dan semua, semakin hambar..
•••••
#Bagian1
Hari itu, kamu tak tau energi apa yang membuatmu nekat pergi ke sekolah--meski diliburkan. Berlari mengejar angkutan, menerobos panitia penerima tamu di depan gerbang, hingga melobi teman osismu agar kamu bisa masuk ke dalam sekolah.
"Acaranya sudah selesai, sudah dibebaskan masuk sekarang" kata teman osismu.
"Kamu lihat dia?" tanyamu sedikit berbisik.
"Lihat! Tapi nggak tau sudah pulang atau belum sekarang."
Kamu menghela nafas, menyapu padanganmu membentuk tiga ratus enam puluh derajat. Berharap menemukan sosoknya, lengkap dengan jas hitam dan samir wisuda yang mengalungi lehernya.
Itu dia.
Disana. Dia disana. Tersenyum pada beberapa temannya yang tengah berbicara. Sesekali tertawa. Sesekali menimpali, entah apa.
Disana. Dia disana. Tersenyum pada beberapa temannya yang tengah berbicara. Sesekali tertawa. Sesekali menimpali, entah apa.
Hatimu berdesir. Kekuatan magis itu datang lagi. Melunglaikan lututmu untuk sekedar berdiri. Jangankan menyapa, mendekatpun rasanya kau tak berdaya.
Dia, usai diwisuda, lebih gagah dengan jas hitam yang melekat ditubuhnya. Sebuah samir bergelantung di lehernya. Sepatu hitam. Dasi yang sudah sedikit di longgarkan. Dan senyum, ya.. senyum, senyum yang tak pernah berubah sejak pertama kalian berjumpa.
Kamu, menatap haru dari suatu sudut terlengang tanpa sepengetahuannya.
Detik itu, matamu samar, padanganmu buyar, hatimu nanar, dan kau sadar...
Semua akan berubah.
Cepat atau lambat.
Suka tidak suka.
Semua akan berubah.
Cepat atau lambat.
Suka tidak suka.
"Kamu akan menemukan dunia baru. Suasana baru, lingkungan baru, teman-teman baru, sahabat baru, dan mungkin.. cinta yang baru." Gumammu. "Aku tak yakin, apa kau benar-benar menaruh hati padaku."
Kau balikkan badanmu. Temanmu menarik lengan bajumu.
"Hiiihhhh.. Udah gitu tok? Ngga mau foto sama orangnya dulu?"
•••••••
#Bagian2
Beberapa bulan setelah pengumuman kelulusanmu--tak ada wisuda--akhirnya kau berangkat ke sebuah kota jauh dari rumah. Semua terasa berat. Ego yang kau redam membuatmu lelah bergelut dengan perasaan. Kau putuskan untuk bekerja. Entah berapa berkas lamaran yang kau kirim. Hingga panggilan tes itu menggemparkan harimu. Dengan bekal rata-rata nilai ijasah yang cukup baik, serta bekal latihan soal yang kau kerjakan dulu untuk persiapan test masuk universitas impian, kau mampu melewati psikotes dan tes akademik kerja dengan baik. Juga tampil ramah, bersungguh-sungguh, apa adanya, serta sedikit mengandalkan kemampuan bahasa inggris, membuatmu di terima disebuah perusahaan asing di negeri ini. Mulai saat itu kau tau, attitude dan skill adalah dua hal yang amat perlu kau punya dibanding nilai-nilai yang terpajang telak di ijasahmu.
Tapi, kau masih yakin.
Semua ini berkat doa dari kedua orang tuamu. Ridha mereka adalah ridha-Nya.Dan kau semakin yakin pula, Bahwa Allah senantiasa mendengar doa-doamu di sepertiga malam. Memudahkan jalan yang kau pilih sebagai tanda inilah yang Ia ridhai.
Semua ini berkat doa dari kedua orang tuamu. Ridha mereka adalah ridha-Nya.Dan kau semakin yakin pula, Bahwa Allah senantiasa mendengar doa-doamu di sepertiga malam. Memudahkan jalan yang kau pilih sebagai tanda inilah yang Ia ridhai.
Kau akan banyak belajar. Tak akan mudah. Kelak semua ini akan mendewasakan.
Betapa banyak air mata yang kau simpan pada malam-malammu. Betapa banyak beban, kejenuhan, rasa bosan, keterkekangan, juga hati dan kepalamu yang kadang kala rasanya ingin meledak.
Berbanding dengan kemudahan, keberkahan, kebahagian yang terus mengalir. Membuat malu keluhanmu hingga berganti dengan syukur yang selalu menyertai. Dengan luka demi luka, yang membuatmu semakin kebal dengan kerasnya hidup ini.
Pada akhirnya, kita mendewasa dengan cara kita masing-masing. Dengan jalan kita masing-masing.
Duhai, betapa banyak kisah yang ingin kau bagi bersamanya. Betapa banyak rasa yang ingin kau bagi bersamanya.
Tapi 'asing',
Kata manis yang mempertemukan kalian untuk pertama kali, menjadi kata terpahit yang meski kau kecap dalam sanubari.
Kata manis yang mempertemukan kalian untuk pertama kali, menjadi kata terpahit yang meski kau kecap dalam sanubari.
Sudah kau duga.
Ia yang mudah berbaur, dunia luasnya yang baru, orang-orang baru, cukup baginya untuk memulai kisah yang baru.
Ia yang mudah berbaur, dunia luasnya yang baru, orang-orang baru, cukup baginya untuk memulai kisah yang baru.
Sedang kau, masih berkutik dengan pena, diary, juga hatimu yang perih melihat kedekatannya dengan (mungkin) teman atau sahabat perempuannya disana.
Hatimu berisik. Ingin bertanya, tapi takut mengusik.
Benarkah kepercayaan saja cukup tanpa adanya pembicaraan yang baik? Sebuah.. Komunikasi yang baik?
Ia seakan tak pernah mempertimbangkan perasaanmu. Dan kau semakin tersedu-sedu.
''Apa kau lupa apa yang kau katakan dulu? Apa kau telah menemukan yang jauh lebih baik dari aku? Ya, tentu saja. Banyak."
Kau selalu ingin membicarakan ini.
Hingga suatu hari,
Kau dapatkan jawaban, meski tak berniat kau bertanya pada awalnya.
Hingga suatu hari,
Kau dapatkan jawaban, meski tak berniat kau bertanya pada awalnya.
-Kau, mungkin benar telah menemukan yang lebih baik. Kau, mungkin benar telah menulis kisah baru tanpa pernah ku ketahui. Aku, tak pernah peduli seberapa banyak mereka yang mendekat agar kau ada disisi. Aku, rela pada siapa saja yang menemani harimu mengarungi hidup yang tak kalah jerih. Sebab aku, selain doa, tak bisa berada disisimu untuk saat ini. Aku, selalu berusaha mempersembahkan yang terbaik. Meski kau tak pernah mengetahui. Sadarkah kamu? Perkataanmu? Dilepas begitu, rasanya aku hancur. Apa berharganya diriku bagimu? Mengapa begitu sepele kau anggap perjuanganku? Aku, ingin menjadi seorang yang kau perjuangkan dalam hidup. Tidak. Kau tidak menggenggamku. Aku tau. Meski demikian, tak pernahkah kau perjuangkan sesuatu yang kau mau dalam hidup? Apa kau hanya membiarkannya mengalir begitu saja? Begitu saja? Be..gi..tu..sa..ja..? Ah, tidak. Kau tidak akan mengerti. Baiklah, kini aku mengerti. Aku, bukanlah yang kau mau. Aku, bukanlah seseorang yang kau perjuangkan dalam hidup.-
~Bersambung
2 Komentar
Bagus! lugas! terjun bersama ceritanya, masuk kedalam alurnya. lanjutkan
BalasHapusHay, salam kenal. Terimakasih ya sudah baca. ^^
HapusHay! Salam Kenal :)
Pendapatmu tentang tulisanku...