Berlalunya Waktu

Biarkan aku mendekap gelisahku sendiri dulu. Sebelum engkau datang membawa sejuta ketenangan pada kepastian dalam lisan yang melahirkan laku.
Nanti,
Bawa aku kemana kau mau.

.........
Bagaimanalah..
Urusan hati ini bukan kuasaku. Mengenalmu adalah anugrah, sekaligus salah satu ujian terbesar dalam hidupku. Dimana aku amat bersyukur menemukan diriku yang sebahagia itu. Pun amat tertatih menopang jiwa nan rapuh akibat harap yang salah tertuju.
Bagaimanalah..
Garisan-Nya mengharuskanku melewati fase itu hingga akhirnya aku dapat menikmati berlalunya waktu dalam keberpasrahanku. Bahwa aku, menyerahkan segalaku pada ketetapan terindah Sang Pemilik Waktu. Apapun itu, aku berjanji akan bersyukur. Semoga aku tidak kufur.
Bagaimanalah..
Kamu tidak perlu merasa bersalah padaku. Juga tidak perlu merasa tak enak pada kata tunggu yang dulu pernah kau ucapkan padaku. Kamu sungguh berhak menentukan siapa pilihanmu. Sebagaimana aku berhak memilih siapa yang kelak akan menjadi imamku.
Karena bukan hanya aku pilihanmu. Dan kamu bukan satu-satunya pilihanku.
Kita memiliki banyak pilihan dalam hidup. Tapi, jika Allah tetapkan... Aku bersamamu? Bagaimana menurutmu?
Aahh.. sudahlah.
Dalam rentang waktu terjawabnya teka-teki itu, sebaiknya kita jangan terlalu banyak menerka dulu. Sebab ketetapan-Nya lebihlah indah bagi jiwa-jiwa yang senantiasa ikhlas dan sabar dalam menunggu. Berikhtiar serta tawakal dalam menyambut segala ketetapan-Nya dengan khusyuk.
...
Bumi,
Juli ke 29, 2018.
Dengan penuh cinta,
Salam.
..

0 Komentar