Kepada,
Aku dimasa depan.
Ku tuliskan ini untukmu.
Untuk diriku dimasa depan.
Saat kau tuliskan ini, kau tengah duduk diatas kasur mungilmu yang nyaman. Bersprei ungu dengan gambar beruang salju yang melambaikan tangannya penuh senyuman. Kau duduk bersandar pada bantal yang diatur sedemikian rupa pada salah satu sisi samping lemari yang menghadap kasurmu. Dihadapanmu ada sebuah meja lipat kecil yang diatasnya terbuka laptop maroon kesayanganmu. Separuh tubuhmu tertutup selimut dari perut hingga ujung kaki. Sebuah kenyamanan yang tak peduli seberapa panasnya disini, kau kesulitan tidur jika tidak ada yang menyelimuti kakimu.
Beberapa menit lalu dadamu sesak. Entah mengapa. Beberapa menit selanjutnya, naluri mengharuskan tubuhmu mencari media untuk menulis. Bukannya memilih buku, kau malah mengambil laptop dan membuka blogmu. Dan, disinilah sekarang kau berada.
Sampai paragraf ini tertulis, bahkan kau kebingungan hendak menulis apa. Yang kau tau, kau sedang ingin sedikit berbincang dengan dirimu dimasa depan, sekedar menyampaikan kedua kata ini. Maaf dan terimakasih.
Kelak lima, delapan, atau sepuluh tahun yang akan datang, kau akan tersenyum membaca tulisan ini. Juga tulisan di buku harianmu, atau semua media yang kau gunakan untuk menumpahkan perasaanmu yang rumit. Mungkin jika saat kau tulis blog ini kau masih sendiri, mungkin dirimu dimasa depan akan membaca ini sambil mengusap-usap tubuh mungil bayi yang tertidur pulas setelah kau susui, mengajari kakak si adik bayi untuk mulai mandiri menyiapkan keperluan sekolahnya sendiri, lantas bergegas menyeduh kopi untuk ayah kedua buah hatimu ini. Di sebuah rumah sederhana, penuh bahagia, tenang dan menentramkan.
Menjadi seorang ibu adalah mimpiku yang paling haru. Membayangkannya seringkali membasahi sudut mataku. Dan mempersiapkannya selalu mengingatkanku pada malaikat hidupku. Aaahh.. Mah, aku rindu.
Untuk diriku dimasa depan, aku ingin meminta maaf.
Maaf, untuk waktu yang kau sia-siakan. Maaf, pernah terjatuh dilubang yang sama. Maaf, pernah menjadi memalukan. Maaf, untuk segala kegalauan tak beralasan. Untuk kata yang tak seharusnya. Untuk apa yang tak berhasil kau perjuangkan. Untuk mereka yang tak mampu kau pertahankan. Untuk kesalahan yang sama. Untuk rasa yang salah tujuan. Untuk segala penyesalan. Untuk 'tak ada yang dapat dibanggakan'. Maaf, untuk semuanya.. Maaf.. Semoga hikmah tertuang penuh dalam dirimu. Semoga Allah mengampunimu.
Untuk diriku, kesalahan adalah apa yang membuatmu terus belajar, teruslah berproses sepanjang waktu. Berbahagialah ketika ujian itu datang kepadamu, karena itu adalah tanda bahwa Ia menyayangimu. Dan sebaliknya. bersedihlah ketika ujian itu tak datang menghampirimu, sementara kau dimanjakan oleh kebahagiaan yang semu, terjerembab dalam lubang futur. Na'udzubillah min dzalik. Semoga Allah senantiasa melindungimu. Semoga Allah meneguhkan hatimu dalam agama ini.
Maaf pernah begitu mengecewakan. Maaf tak bersungguh-sungguh. Semoga kau belajar bagaimana menghargai setiap waktu. Semoga berkurang keluhmu, semoga penuh syukurmu. Insyaa Allah, bahagia selalu menyelimuti harimu.
Maafkan yang telah lalu. Bernafaslah tanpa dendam dihatimu.
Dan untuk diriku dimasa depan. Terimakasih.
Terimakasih telah bangkit meski tak terhitung berapa kali kau terjengkang. Terimakasih mau belajar. Terimakasih telah melakukan yang terbaik. Terimakasih telah memilih berjuang meski kau lelah. Telah teguh meski patah. Telah bertahan meski diacuhkan. Terimakasih telah sampai pada hari ini. Hari-hari dimana usiamu kian bertambah, semoga selaras dengan jiwamu yang kian matang.
Teruslah semangat. Jangan pernah berputus asa. Kejutan-kejutan hebat selalu menantimu di depan sana. Teruslah melangkah. Aku tau kau bisa. Mudah-mudahan Allah mampukanmu dalam segala hal.
Tapi..
Dear diriku.
Lagi, aku meminta maaf.
Sebab hari ini aku tengah berada dititik lelah. Lelah sekali.
Aku sendiri. Rasanya aku ingin menangis.
Berteriak saja. Menangis sekeras-kerasnya.
Tapi itu sia-sia. Maka tolong nasehati aku dari masa depan.
.......
"Hey you.. Remember this? Laa Tahzan, Innallaha Ma'ana."
Jangan bersedih, Sesungguhnya Allah bersama kita.Tetaplah kuat.
:)
0 Komentar
Hay! Salam Kenal :)
Pendapatmu tentang tulisanku...